Oleh : Taufik
Hassunna (Budayawan Bogor)
Secara
tradisional, letak ibukota Pakuan Pajajaran berada di Kota Bogor sekarang.
Anggapan itu didukung bukti-bukti sejarah dan hasil penelitian kepurbakalaan.
Salah satu bukti sejarah yang masih ada sampai sekarang adalah sebuah prasasti
di daerah Batutulis.Dalam prasasti Batutulis diberitakan :
Taufik Hassunna |
PRASASTI
BATUTULIS
1.....wang na
pun ini sakakala, prebu ratu purane pun diwastu.
2. diya wingaran
prebu guru dewataprana diwastu diya dingaran sri.
3. baduga
maharaja ratu haji di pakwan pajajaran sri sang ratu de-
4. wata
pun ya nu nyusuk na pakwan diya anak rahyang dewa nis-
5. kala
sa(ng) sidamokta digunatiga, i(n) cu rahyang niskala wastu.
6. ka(n)
canasa(ng) sidamokta kanusalarang , ya siya nyiyan sakaka-.
7. la
gugunungan , gablay nyiyan samida, nyiyan sanghyang talaga.
8. rena
maha wijaya, ya sinya pun.....i saka, panca panda
9. wa e
(m) ban bumi.
(semoga selamat.
Inilah tanda peringatan (untuk) prabu Ratu almarhum, dinobatkan dia dengan nama
Prabu Guru Dewataprana, dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja
ratu penguasa di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat
parit(pertahanan) di Pakuan. Dia anak Rahiyang Dewa Niskala yang mendiang di
Gunatiga. cucu sang Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang mendiang ke Nusa
Larang. Dialah yang membuat tandaperingatan berupa gunung gunungan ,
mengeraskan (jalan) dengan batu. membuat hutan samida. membuat Sanghiyang
Talaga Rena Maha Wijaya. Ya, dialah (yang membuat semua itu). (ditulis) Dalam
tahun Saka lima-pandawa-pangasuh-bumi(1455 saka)atau (1533Masehi)
Dalam cerita pantun Bogor disebutkan, pada masa Pajajaran setiap tahun selalu diadakan perayaan upacara "Gurubumi" dan "Kuwerahabakti ".
Kuwera artinya kekayaan (kemakmuran) . Upacara tsb diadakan 49 hari setelah penutupan musim panen jatuh, akhir bulan Maret. Bila dari akhir Maret jamu 58 hari (49+9) atau kira-kira dua bulan, maka upacara "Kuwerabakti" sebagai penutupan upacara "Gurubumi" akan jatuh pada akhir Mei atau awal Juni .
Menurut perhitungan yang teliti, bulan purnama pada bulan Mei 1482 bersamaan dengan tanggal 15 Rabiulawal tahun 887 Hijrah dan itu justru jatuh pada 4 Mei 1482, sedangkan upacara "Kuwerabakti" pada akhir Mei atau awal Juni . Dengan demikian, ditetapkan bahwa upacara yang dimaksud berlangsung pada awal Juni 1482. Malam purnamanya bertepatan dengan tanggal 15 rabiul akhir 887 Hijrah yang jatuh pada tanggal 3 Juni 1482. Dan 3 Juni 1482 itu pula dijadikan sebagai hari jadi Kota Bogor.
KUWERABAKTI DAN GURU
BUMI MENURUT PANTUN BOGOR
Sadu Muhung
pun Sapun ka
luluhuran
pun tabe ka
handapeunana
menta ditangtung
payung
ka Hyang
rumuhung
nu mancuh di
buana nyungcung
menta pangraksa
ka Hyang ambu
Sri Rumbiyang
Jati
nu ngancik dina
hujan ngaririncik
bumi suci alam
padang
menta pangreksa
ka Hyang ayah
Sang Kuwera Guru
Bumi
nu lungguh di
halodo heuheuleutan
jagat wiyang
kahiyangan
kula deuk nyabla
kula deuk meta
seseren tahun nu
undur
ku tahun nu
panggantian
upacarana
"GURU BUMI"
sapulukan
sapakprakan
tanda punjung ka
karuhun
puja bakti ka
Hyang Suci Panganjali
ti putu puyut
cangah bao eujeung wareng
sahunyur lembur
………….
titilarna
Pajajaran
pun, sapun .....
rahayu suasti
astu
nirmala seda
malilang
sampura ....
isun ....!
Diatas adalah
sepenggal Rajah dalam melaksanakan salah satu acara besar dalam budaya Sunda
yang disebut Seren Taun Guru Bumi atau Acara Panen Raya yang dilakukan dalam
waktu satu tahun sekali, pada saat selesai panen pertanian, dalam kehidupan
masyarakat Sunda, upacara Seren Taun diadakan untuk menghaturkan rasa syukur
kepada Sanghyang Tunggal yang telah memberikan hasil pertanian dan kebaikan
yang telah dilimpahkan di tahun yang baru berlalu juga berharap di tahun yang
akan dating semuanya bisa lebih meningkat hasil pertanian dan segala sesuatunya.
Seren taun pada
dahulu saat masih di jaman Nagara Sunda pelaksanaannya serempak di wilayah
Nagara terhitung mulai dari Pakuan sampai ke daerah-daerah kapuunan dan
ka-kolotan. Upacara ini terdiri atas yang bersifat tahunan yang disebut seren
tahun guru bumi berlaku di pakuan dan di tiap wilayah, dan sewindu sekali yakni
upacara seren taun tutug galur atau lajim disebut upacara kuwera bakhti yang
dilaksanakan khusus di Pakuan.
Dari kedua
bentuk upacara ini tidak terdapat perbedaan mendasar.Kalaupun ada, hanya
kelengkapan upacaranya termasuk batas waktu dan tempat pelaksanaannya. Seren
taun guru bumi baik di pusat kerajaan maupun diwilayah-wilayah dilaksanakan 4
hari sebelum bulan purnama dan berakhir pada hari malamnya bulan purnama pada
esoknya tanggal 1, Mangsa guru , bulan ke-1 kalender Sunda Pajajaran. Sedangkan
Upacara seren taun tutug galur atau upacara kuwera bakti, dilaksanakan 10 hari,
diawali 10 hari pada bulan mangsa bakti sebelum bulan purnama dan puncaknya
sama yaitu pada hari malamnya bulan purnama, yakni pada esok harinya tanggal 1
bulan mangsa Guru (awal tahun).
Seren Taun
dilaksanakan sesuai perhitungan para puun adat yang disebut tri tangtu sesuai
dengan Pantun Bogor "curug Sipada Weruh", seperti pada saat zaman
masih jayanya Nagara Sunda Pajajaran, menghitung dengan rincian 12 bulan. Jadi
dalam jangka waktu 12 bulan disebutnya satahun. Lamanya bulan tidak menghitung
banyaknya hari, tapi lewat hitungan mulainya bulan purnama sempurna sampai
bulan padam tidak tampak di langit, juga dari bulan mulai tampak di langit
sampai purnama lagi. Siang hari setelah malammnya bulan purnama disebutnya po
kahiji, dalam hitungan tiap 1 bulan selalu dibagi menjadi dua :
1.
Marang kala sirna ( dari mulai bulan
purnama sampai bulan padam ) paro peteng/krisna paksa
2.
Marang kala jatra ( siang setelah
malamnya bulan padam sampai malam bulan purnama lagi ) paro terang/sukla paksa
Nama-nama bulan
pajajaran :
bulan kahiji --
mangsa guru -- kapat
bulan kadua --
mangsa bumi -- kalima
bulan katilu --
mangsa ratu -- kanem
bulan kaopat --
mangsa desa -- kapitu
bulan kalima --
mangsa ngarang -- kawalu
bulan kagenep --
mangsa lilir -- kasalapan
bulan katujuh --
mangsa rarawat -- kasapuluh
bulan kadalapan
-- mangsa dadama -- hapit kayu
bulan kasalapan
-- mangsa sesela -- hapit lemah
bulan kasapuluh
-- mangsa budi -- kasa
bulan kasabelasa
-- suda mangsa -- karo
bulan kaduawelas
-- mangsa bakti – katiga
(tilu tungku
keukeumbingan, tungku hiji ngeumbing resi, tungku dua ngembing rama, tungku
tilu ngeumbing ratu )
Urutan Upacara
Seren taun dari hari pertama hingga hari ke empat dimulai dengan Upacara
”Netepkeun pare” ( memasukan padi ke leuit ), Upacara Muja ( Berdoa kepada
Sanghyang Tunggal ), Ngembang ke Pamunjungan / Patilasan Karuhun, Upacara
Rakyat, “Majiekeun Pare Ayah Dan Ambu Ke Dalam Lumbung Ratna Inten”, dan
terakhir acara hiburan rakyat seperti uyeg, angklung gubrang, tulub dll atau
hiburan baru yang berkembang saat ini. Pada pelaksaannya sekarang acara seren
taun bisa dilaksanakan lebih dari empat hari disesuaikan dengan daerah yang
melaksanakannya sesuai dengan keperluan dan kepentingan masing – masing dan
juga urutan acara biasanya sudah di modifikasi lagi sesuai kepercayaan dan
keyakinan daerah – daerah tersebut namun pada intinya mereka masih tetap
mempertahankan nilai asli budaya asalnya.
Kini upacara
seren taun masih dilaksanakan di lingkungan masyaraakat yang hidup dari
pertanian, terutama pada yang masa kini diberi julukan masyarakat adat seperti
di masyarakat adat Pancer Pangawinan ( Citorek, Urug, Ciptagelar, Cisungsang,
Cicarucub, Lebak Larang, Cisitu, Karangpopong, Tegal Lumbu, Cibengkang, Ciusul,
dll ), masyarakat adat Cigugur, masyarakat adat Kampung Naga, Kampung Kuta dll.
Sedangkan di lingkungan masyarakat adat Baduy, karena struktur kemasyarakatan
adat tri tangtu di buminya masih dalam satu lingkungan desa adat/desa Kanekes
yang disebut teulu tangtu-Cikeusik-Cikartawarna-Cibeo. Upacara yang mereka
gunakan masih dalam struktur kawalu ( tembey, tengah, tutug ) dilaksanakan
selama 3 bulan sampai terakhirnya upacara muja dan ditutup dengan upacara seba.
Upacara Gurubumi dahulu diadakan 49 hari setelah
upacara penutupan musim panen di daerah-daerah dan 9 hari sebelum malam bulan
purnama (antara minggu kedua Mei sampai dengan ketiga Juni).
Perhitungan seperti itulah yang mendasari perhitungan
HARI JADI BOGOR, yang mengambil momentum upacara Gurubumi dan Kuwerabakti pada
tahun 1482 ketika Prabu Siliwangi dinobatkan, "3 JUNI" 1482(sumber
sejarah/prasasti batutulis tidak menyebutkan bulan dan tanggal).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar